CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 11 Juli 2009

Osama: Penindasan Atas Nama Agama

Hey bloggers,,
long time no see...
Sebagai salam pembuka, aja, masih inget nggak posting mengenai film yang pernah aku tulis dulu. Ya, memang kurang menarik, sih. Ada yang tentang perjuangan anak-anak letoy, yang tak jelas asal-usulnya, meraih mimpi (August Rush dan Oliver Twist). Kalau pernah baca-baca blg ini sebelumnya, mungkin pernah tahu resensi singkat tentang kehidupan remaja Amerika yang haknya erbengkalai lewat film Not Like Everyone Else dan The Cheaters.

But, there are many lessons I can get from those movies, so I wanna share it with you.
Oke, cukup basa- basinya. Ada film lagi tentang hak asasi manusia. Mungkin kalian pada bakal bilang: "Boooooorrriiiiiiiiiiiiingggg!", misalkan kalian bener ngeliat film ini. Tapi, sebetulnya film ini memiliki plot yang tajam dan menarik, kecuali ending yang sangat menggantung.
Sekilas saja, film ini menyorot pelanggaran hak asasi manusia oleh pihak Taliban, pada saat mereka berkuasa di Afganistan.

Biar lebih jelas ajah, Taliban ialah gerakan nasionalis Islam yang menguasai Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001. Kekuasaan Taliban digulingkan oleh Amerika Serikat dengan tuduhan melindungi pemimpin Al Qaeda, Osama Bin Laden, yang merupakan tersangka penyerangan pada World Trade Center, New York.
Taliban merupakan kelompok yang menganut agama Islam secara keras. Nyatanya kebebasan warga Afganistan, terutama wanita, menjadi sangat dibatasi dan kedamaian terkoyak. Hal tersebut bukan dikarenakan oleh kesalahan pada agama Islam sendiri, namun kesalahan terletak pada cara pikir

Baca ajah resensinyaa (yang sayangnya, saia juga yg buat;P)...
====================================================================
Osama: Penindasan Atas Nama Agama


Judul: Osama
Sutradara: Siddiq Barmak
Pemeran : Marina Golbahari, Arif Herati, Zubaida Sahar
Durasi : 83 menit

Sebagai gerakan nasionalis Islam yang taat, Taliban seharusnya bisa membawa kedamaian bagi Afghanistan. Namun, nyatanya, nama Islam hanya dipakai untuk menyembunyikan kebusukan gerakan tersebut. Kekolotan atau kekerasan mereka justru hanya mengoyak hak wanita saja.

Hal tersebut dibeberkan secara nyata oleh sutradara Siddiq Barmak dalam film Osama, yang dibuat berdasarkan kisah sejati.

Cerita bermula ketika para wanita di Afghanistan melancarkan aksi demo, karena Taliban merampas hak bekerja wanita. Pihak Taliban sendiri tak pernah mengacuhkan aspirasi mereka dengan baik. Perampasan hak bekerja bagi wanita seakan menampar keras kehidupan para wanita, apalagi bagi seorang janda.

Seorang janda, yang dulunya mengabdi pada sebuah rumah sakit yang ditutup Taliban, khawatir akan hidupnya dan putrinya(Marina Golbahari). Namun, sesuai dengan usul ibunya, janda tersebut berani mengambil sebuah langkah nekat. Ia pun menyuruh putri tunggalnya untuk memotong rambut dan menyamar sebagai seorang laki-laki, agar ia boleh bekerja.

Anak tersebut akhirnya memperoleh pekerjaan dari seorang rekan almarhum ayahnya. Namun, ketakutan bila kedok aslinya terkuak selalu menghantui dirinya. Bagaimana pun ia tetap seorang wanita. Ketakutannya semakin nyata ketika ia dipaksa masuk mengikuti sekolah militer yang dipelopori Taliban. Keberadaan dan perilakunya sangat kontras dengan anak lelaki lainnya. Sementara bila kedoknya terbongkar, Taliban pun takkan segan-segan untuk membunuhnya.

Film yang pertama kali dibuat di Afghanistan, setelah jatuhnya Taliban, ini memperoleh respons yang sangat baik dari seluruh dunia. Hal tersebut terbukti dari 18 belas penghargaan yang mampu disandang oleh film ini. Bahkan film ini mampu memperoleh penghargaan bergengsi, Golden Globe, sebagai "Film Bahasa Asing Terbaik".

Namun, film ini memiliki akhir cerita yang sangat menggantung dan menimbulkan banyak tanda tanya.

Biarpun begitu, film ini memiliki kisah yang sangat menyentuh. Penghayatan para pemain, terutama Marina Golbahari sebagai pemain utama, yang sangat baik seakan membuat film ini terasa riil. Banyak pula pelajaran yang mampu dipetik dari film ini, terutama tentang kegigihan.
====================================================================

Last words from me: Ini gak ada buat ngejelek-jelekin agama, kok. Kalo Taliban, dengan ajaran agama yang kolot, itu nyatanya malah menindas wanita, aku yakin kalau itu bukan disebabkan ajaran agama Islam itu bejat atau apa. Semua itu terletak pada kesalahan pemikiran Taliban saja. Mereka mungkin mengartikan kalau wanita harus tunduk pada lelaki itu tandanya strata lelaki lebih tinggi dari perempuan. Padahal bukankah harusnya keduanya saling menghormati?
Well, I'm not a moslem, So I'm still very green in explaining this all...

Tapi, aku yakin kalo baik Tuhan Yesus maupun Allah SWT ataupun Dewa Wsinu ataupun Tuhan dari agama manapun, pasti mengasihi umatnya baik wanita maupun pria... ;D

;;