CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 03 Juni 2009

Hey bloggers!
Yep, now I wanna talk about movies again...
Yep, siap- siap kecewa karena sekali lagi gw gak bakalan ngomongin film yg lagi in...
Film-film lama malah...
tapi,, semua film itu berasal dari true story lho...

Sebagai pengantar aja, pada tau gak soal masa-masa kelam dunia remaja negara adidaya yaitu Amerika Serikat?
Well, kalau kalian notice, sebenernya ada banyak hal yang mencoreng kehidupan remaja Amerika. Satu yang paling terkenal ialah kasus Columbine High School, Colorado, USA.
Jadi ceritanya ada dua orang remaja yang entah kenapa menembaki warga sekolah lainnya. Penembakan itu mengakibatkan kematian dua belas orang siswa dan seorang guru. Korban lainnya ialah dua puluh tiga orang siswa yang terluka. Tragisnya siswa-siswa yang melakukan tindakan terebut justru malah bunuh diri sesudahnya. Katanya, sih, karena mereka emg kelewat fanatik sama rocker geje Marilyn Manson yang atheis. Memang Marilyn menampik pernyataan ini,
but who knows? Wew... But anyway it was so tragic...
Tapi ternyata insiden di Columbine itu juga menyebabkan insiden kelam lainnya...

Kejadian tersebut terjadi tahun 1999...
Emang harus diakui kalau sekitar tahun 1990-an, Amerika punya cacatan kelam akibat tindakan para remaja...
Ya, meskipun akhirnya hak para remaja juga harus dipertanyakan setelah insiden ini...
Dan beberapa film pun memaparkan realita ini...

Intip bareng-bareng yuks...

Not Like Everyone Else (2006)

Starring: Alia Shawkat, Illeana Douglas,Eric Schweig
Director: Tom McLaughlin
Genre : Drama

Plot
This is based on a true story, I can tell that...
Setelah peristiwa penembakan di Columbine High School, sekolah-sekolah di Amrik langsung memperketat pengawasan pada siswa agar tak terjadi kejadian serupa. Pengawasan tersebut terjadi pula di sekolah Brandi Blackbear (Alia Shawkat), Union High School. Brandi sendiri sebenarnya tidak ambil pusing dengan peristiwa tersebut. Gadis keturunan indian ini pun memilih tenggelam dalam cerita-cerita horo karangannya.

Tak ayal kegemaran itulah yang justru mengoyak kehidupan Brandi.

Mengingat para pelaku penembakan Columbine ialah anak-anak berpenampilan gothic, pihak sekolah pun ikut mencurigai Brandi yang misterius dan slalu berbusana hitam. Apalagi Brandi menulis kisah-kisah horor. Geng putri nan bitchy yang diawaki Kimberly dkk. pun selalu memojokan Brandi. Tulisan horor buatan Brandi pun akhirnya sukses mendarat di tangan sang kepala sekolah. Dengan mudahnya mereka langsung menjatuhi hukuman skors buat Brandi.

Tiap kali Brandi ketahuannyari info tentang ritual kuno suku-suku kanibal ataupun menulis cerita horor, sekolah langsung menghukum Brandi. Padahal Brandi gak salah apa-apa. Ia pun jadi cenderung dipojokkan di pergaulan. It sucks.

Nggak tahan dengan ketidakadilan ini, akhirnya Brandi dan keluarganya ACLU (semcam HAM versi Amrik) untuk menuntut pihak sekolah. ACLU pun juga yakin akan memenangkan tuntutan dan memperoleh uang yang banyak bagi the Balckbear kalau mereka menang. Tapi, apakah semudah itu?

What I wanna tell...
Well, jujur aja kalo kita udah seru-serunya nonton (kalo demen film ginian), kita bakal agak kecewa sama ending-nya. Yah, biarpun aku juga mikir kalau ending film ini still beautiful, although it's still different with what I thought before.

Ngeliat nasib Brandi itu bawaannya jadi mikir... it's damn a bad luck. It's not fair indeed. Kayaknya pihak sekolah (dan gengnya Kimberly) tuh nggak adil banget. Mereka mengisolasi Brandi karena pemikirannya. But then we know that Brandi was just a great imaginator. Do u know the imaginators? Yeah, they're just creative, fantastis, and smart in their own way. Apa, sih, masalahnya dengan itu? Mereka, tuh, kayak nutup telinga dari setiap penjelasan Brandi. What the f***?

Tapi ternyata tetep ada banyak hal yang bisa Brandi dapet dari pengalaman pahit ini. Ya bukan 'cause I'm a freak, I gotta change myself a lot. She learned that her parents loved her indeed. Awalnya, Brandi punya hubungan yang kurang baikd dengan sang ayah yang dulunya terobsesi dengan anak laki-laki. Namun, lewat insiden ini, Brandi jadi tahu kalo ayahnya ternyata sayang banget sama dia lewat dukungan yang ia berikan.

And I'm about being jealous with her. Yeah, a little bit.
Kayaknya pengen banget jadi kayak Brandi yang tegar banget. Dia nggak peduli sama kata orang karena dia percaya dengan dirinya sendiri. Brandi juga pengampun banget. Dia bisa memaafkan temennya yang udah fitnah dia, ninggalin dia...

It's not a famous movie but I get addicted. It's amazing that it really happened!!

Pitcure
1.) Brandi menampik tuduhan pihak sekolah atas dirinya. Sementara itu di tangannya terukir gambar lambang Yahudi atw semacamnya.

(sorry guys, gak banyak gambar yang berhasil didapat buat film ini secara gak populer. Aku juga nonton film ini dari HBO, jd nggak bisa nyolong dari DVD. Tapi sebenernya tampang Brandi atau Alia Shawkat lumayan juga kok kayak gambar yang pertama atw paling atas.)

Cheaters (2000)

Starring: Jeff Daniels, Jena Malone, Blake Heron
Director:John Stockwell
Duration: 102 minutes

The Plot
Mr. Gerard Plecki (Jeff Daniels) yang juga kerap dipanggil Jerry, optimis bahwa murid-muridnya di Steinmetz High School bisa memenangkan United States Academic Decalthon (USAD). USAD adalah sebuah kompetisi antar SMU dalam bidang akademis gitu. Sayangnya, kemampuan akademis siswa tidak mendukung. Sementara itu, para siswa juga berharap besar akan mengalahkan Whitney Young High School yang selama ini selalu memenangkan kompetisi.

Suatu ketika Matt (Blake Heron) berhasil mendapatkan soal- soal yang akan digunakan untuk kompetisi secara rahasia. Ternyata, insiden itu justru membawa kabar gembira untuk Plecky dan siswa lainnya. Plecky pun akhirnya membiarkan siswanya menyontek agar bisa menang. Nyatanya, rencana mereka sukses besar.

Namun, kesuksesan mereka justru memicu kecurigaan publik.

What I wanna tell
Tim dari Steinmetz emang salah banget karna milih untuk curang. They could do something much better than cheating. Tapi, ya, itu plihan mereka. Nggak heran juga kalo mereka ketahuan nyontek. Di kompetisi tingkat wilayah, nilai mereka cenderung agak rendah biarpun masih berhasil memasuki jenjang daerah. Mereka nyontek di kompetisi tingkat daerah. Perbedaan nilai mereka kontras banget, terutama di pelajaran matematik. Bayangin aja nilai dari 1,75 langsung ningkat jadi 8,75. Ckckckck...

Namun, insiden ini akhirnya bikin banyak remaja lain bersuara. Bukan menghujat tapi mendukung. Mereka menyuarakan kalo ternyata banyak orang Amrik yang meraih sukses dengan nyontek. Wew, parah banget ya kalo mw dipikir...

Tapi ada juga ketidakadilan yang ada di sini...
Begini, soal kompetisi diproduksi di Whitney Young High School, jadi lebih besar kesempatan mereka buat nyontek. Tapi, mereka nggak pernah dicurigai.

Kayaknya juga sekolah Steinmetz ini sekolah Polandia di Amrik. Ngaku deh kalo tuh sekolah bobrok abis. Tapi, kayaknya keberhasilan sekolah ini (biarpun nyontek) dipertanyakan lbih karena mereka emang sekolah nggak ternama. Nggak banget, sih...


So now we can see that American teenage life is not as bright as you think. Sometimes it sucks as the movies tell...

0 komentar: